NATO - Rusia
Tujuan NATO adalah untuk menjaga keamanan dan kebebasan negara-negara anggotanya. NATO mengambil langkah-langkah pencegahan dan pertahanan untuk menghadapi ancaman dan agresi yang dapat membahayakan keamanan negara-negara anggotanya.
Federasi Rusia (bahasa Rusia: Росси́йская Федера́ция, translit. Rossíyskaya Federátsiya), adalah sebuah negara federasi yang
bersistem semi-presidensial dengan bentuk republik konstitusional di Eropa Timur dan Asia Utara atau Eurasia bagian utara yang dari barat
laut sampai ke tenggara. Negara ini berbatasan daratan dengan Norwegia, Finlandia, Estonia, Latvia, Lituania dan Polandia (keduanya berbatasandengan OblastKaliningrad), Belarus, Ukraina, Georgia, Azerbaijan, Kazakhstan, Tiongkok, Mongolia, dan Korea Utara. Dan
juga negara ini berbatasan laut dengan Jepang di Laut Okhotsk dan
negara bagian Alaska, Amerika Serikat di Selat Bering.
Dengan
wilayah seluas 17.125.191 km², Rusia adalah negara terluas di dunia. Wilayahnya mencakup
seperdelapan luas daratan bumi, penduduknya menduduki peringkat kesembilan terbanyak di dunia dengan jumlah sekitar
147.190.001 jiwa (2021). Wilayahnya membentang sepanjang Asia Utara dan
sebagian Eropa timur, Rusia memiliki 11 zona waktu dan
wilayahnya terdiri dari berbagai tipe lingkungan dan tanah.
Sekretaris Jenderal
NATO JensStoltenberg
menegaskan Rusia tak punya hak untuk menolak
Ukraina untuk bergabung dengan bloknya.
Sebab menurutnya, semua sekutu NATO sudah menyetujui Ukraina akan menjadi
anggota blok tersebut.
"Semua sekutu juga setuju Ukraina akan menjadi anggota aliansi, dan semua
sekutu setuju bahwa sekutu NATO dan Ukraina yang berhak memutuskan kapan
Ukraina akan menjadi anggota," kata Stoltenberg kepada wartawan menjelang
pertemuan informal para menteri luar negeri NATO di Oslo, Norwegia, Kamis
(1/6).
"Moskow tak memiliki hak veto terhadap perluasan keanggotaan NATO. Tetapi
yang paling penting, semua sekutu setuju bahwa tugas yang paling mendesak
dan penting sekarang adalah memastikan Ukraina menang sebagai negara yang
berdaulat dan merdeka," lanjut dia seperti dikutip CNBC.
Dalam kesempatan itu, Stoltenberg juga menyerukan adanya tindakan di saat
perang Rusia vs Ukraina berakhir, untuk menjamin keamanan Kyiv. Ia meminta
NATO memastikan sejarah tidak akan terulang kembali, serta pola agresi Rusia
terhadap Ukraina benar-benar berakhir.
Menanggapi pernyataan Stoltenberg, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky
menyambut baik dukungan tersebut. Ia menegaskan kembali Kyiv berharap
bisa segera menerima undangan resmi NATO untuk bergabung.
"Apa yang sangat penting adalah masa depan kami di Uni Eropa, dan Ukraina
siap untuk berada di NATO. Kami sedang menunggu kapan NATO akan siap menjadi
tuan rumah serta untuk melihat dan menerima Ukraina," katanya kepada
wartawan di luar KTT Komunitas Politik Eropa di Moldova, Kamis (1/6).
Meski Stoltenberg telah menggembar-gemborkan keanggotaan Ukraina di NATO, para diplomat negara anggota blok justru risau dengan hal ini. Amerika Serikat, terutama, enggan melangkah lebih jauh dari janji yang dibuat pada 2008, yang menyatakan Ukraina suatu hari akan menjadi anggota NATO.
Pasalnya, bergabung dengan NATO artinya Ukraina akan dilindungi klausul pertahanan kolektif Pasal 5 aliansi. Aturan itu mewajibkan semua anggota membantu mempertahankan anggota lain jika diserang. AS jelas ogah jika harus berperang dengan Rusia. Jerman pun tak kalah waspada.
Sejak awal, Rusia sendiri sudah memperingatkan tindakan provokatif maupun
campur tangan apa pun dari negara-negara Barat terhadap urusan Rusia akan
dinilai sebagai seruan perang terhadap Moskow.
copas dari
https://www.cnnindonesia.com/internasional/20230602160257-134-956988/nato-sebut-rusia-tak-punya-hak-tolak-keanggotaan-ukraina
No comments:
Post a Comment